CINTA TAK TERKATAKAN
Hari masih pagi
embun-embun masih nampak di dedaunan, sinar matahari telah nampak dan mulai
masuk ke dalam kamarku melalui fentilasi jendela. Rasanya enggan sekali aku
bangun dari tidur karena kepalaku terasa penat ketika teringat kejadian kemarin
yang menyebalkan. Tapi aku memaksakan diri untuk mandi dan beranjak ke sekolah,
karena hari ini aku di tugaskan oleh ibu ima untuk menyusun madding sekolah.
Sesampainya di sekolah
aku langsung menuju ke koprasi yang berada dilantai dasar untuk membeli
peralatan yang akan dipakai untuk menyusun madding. Setelah itu, aku bergegas
menuju kelasku XI IPA 1 yang berada dilantai dua dipojok kanan. Ketika aku
sedang menaiki anak tangga,
‘’Nay…..Nay…..’’panggil
seseorang.
Ketika aku menoleh
ternyata dia adalah Ida teman sebangku ku sekaligus salah satu sahabatku.
‘’Nay,lo di panggil Bu
Ima tuh! ‘’aku pun tersenyum kecil.
‘’mmmm,,, pasti mau
ngomongin tentang madding’’
‘’iya kali lo kan orang
sukses’’ sambil bergurau kecil.
‘’lo ini, kebiasaan
dech ngeledek gue mulu’’
‘’oke…oke…sorry dech
beibph’’
‘’tolong donk Idaku sayang
lo bawain tas gue yah!! Gue mau ke
ruangan bu Ima dulu nich !’’ rayuku sambil merengek mengayun-ayunkan tangannya.
“oke dech Naylaku
sayang karena gue orangnya baik and cuantik jadi gue mau bantu lo’’.
Setelah itu, aku
langsung bergegas menuju ruangan bu Ima. Aku diberi pengarahan oleh bu Ima
tentang mading bulan ini. Karena bulan ini bulan November, jadi aku menulis
mading tentang ‘’Menumbuhkan Semangat
Generasi Muda di Hari Pahlawan.’’
Ketika aku keluar dari
ruangan bu Ima, bel berbunyi. Aku langsung menuju kelasku tak sengaja ketika di
koridor kelas dua bahasa aku menabrak seorang anak laki-laki hingga aku
terjatuh.
‘’maaf’’ ucapnya sambil
mengulurkan tangannya untuk membantuku bangun.
‘’terima kasih’’
jawabku sambil tersenyum kecil kemudian aku berlari ke kelas karena aku yakin
pak Mahmud guru matematika telah masuk ke dalam kelas.
Benar dugaanku pak Mahmud telah duduk di kursinya dan
siswa-siswi pun telah bersiap untuk belajar. Aku langsung mengetuk pintu dan
langsung menghampirinya.
‘’dari mana kamu
Nayla??’’
‘’anu….pak,tadi ada
perlu ma bu Ima’’
‘’oh…..ya sudah
silahkan duduk’’
Aku bergegas menuju
meja dan langsung menyiapkan buku dan peralatan tulis. Belajar pun dimulai. Tapi
pikiranku entah kemana, sejenak aku mengingat kejadian tadi ketika aku menabrak
seorang anak laki-laki yang tampan. Sepanjang pelajaran matematika aku tak
memperhatikan apa yang diterang kan oleh pak Mahmud. Kerjaan ku hanya melamun
dan tersenyum- senyum kecil. Tak di sangka sedari tadi pak Mahmud memperhatikan
aku, lalu beliau menyuruhku mengerjakan soal yang telah di tulisnya di papan
tulis .
‘’ Nayla….coba kamu
kerjakan soal ini!!’’ucap pak Mahmud berulang kali.
‘’Nay….Nayla’’ ucap Ida
sambil menepuk pundak ku berulang kali.
Aku pun terkaget-kaget
dan langsung menoleh.
‘’iya…. Ada apa??’’
‘’lo ini kenapa sich??
Perasaan dari tadi ngelamun mulu’’
‘’hmmm… enggak apa-apa
kok’’
‘’mampus gue pasti
bakalan dimarahin lagi’’
Aku langsung
menghampiri pak Mahmud.
‘’iya pak …. Ada
apa???’’
‘’coba kamu kerjakan
soal ini di depan’’
‘’tapi pak,kenapa
setiap pelajaran bapa saya selalu disuruh ngerjain soal didepan ???’’Aku
langsung berdiri dan melangkah kedepan kelas dengan hati-hati.
Aku berusaha untuk
mengerjakan soal yang telah ditulis tadi, tapi aku menyerah aku tidak bisa, aku
hanya bisa menulis beberapa angka saja dan itupun belum selesai. Memang pelajaran
berhitung adalah pelajaran yang tak pernah aku sukai, tapi entah mengapa aku
bisa masuk IPA.
Akupun terus berdiri
didepan kelas, aku tak berani duduk kembali sebelum pak Mahmud menyuruhku,
‘’sudah Nayla??’’
‘’ini pak saya cuma
bisa segini !!’’sambil menunjuk ke papan tulis.
‘’kok Cuma
segitu??kenapa??enggak bisa yah ?’’
‘’iya pak’’ucapku
gugup.
‘’Nayla, sudah berulang
kali saya peringatkan kamu, kalau ada guru menerangkan tolong perhatikan jangan
melamun atau ngobrol’’
Sorak dan tawa
teman-teman kelas pun terdengar di telinga ku. Wajahku pun memerah menahan
malu, aku hanya bisa menundukan kepala. Memang tak asing bagi teman-temanku
melihat aku di marahin oleh pak Mahmud, karena kejadian ini sudah berulang kali
terjadi. Bel istirahat berbunyi, ini adalah hal yang aku tunggu-tunggu karena
telingaku bisa beristirahat tak lagi mendengar ocehan pak Mahmud. Aku pun dipersilahkan
duduk kembali dan belajar matematika pun selesai.
Suasana di lingkungan SMU Bina Bangsa sangat ramai. Para
siswa-siswi berhamburan keluar kelas dan ada sebagian anak yang langsung pergi
ke lapangan untuk bermain basket, ada pula segerombolan anak yang pergi ke
kantin dan ke perpustakaan, karena pada saat ini waktu istirahat tiba.diruang
kelas XI IPA 1 tampak sepi hanya ada aku dan sahabat-sahabatku Ida, Dina dan
Dini.
‘’Nay……lo kenapa sih
??’’tanya Dini menatapku.
“aah…. Biasa paling
juga lagi dapet”jawab Ida memotong pembicaraan.
‘’Nayla…kalau punya
masalah cerita donk sama kita’’ ucap Dina menghampiriku.
‘’aduh…. Lo semua ini
yah gue tuh enggak apa-apa, gue baik-baik aja kok. Lo semua kan tahu kalau gue
paling males sama pelajaran matematika, jadi gue dimarahin lagi dech karena
enggak merhatiin.’’jawabku tersenyum.
‘’tapi kali ini lo tuh
beda Nay, enggak seperti biasanya kanyanya lo lagi jatuh cinta dech’’ucap salah
satu temanku.
‘’ah…. Enggak
mungkin’’jawabku tergagap.
‘’Nayla lo tau enggak
sich?? Tadi pas pelajaran matematika lo itu ngelamun bukan ngobrol or becanda,
mana pake senyam-senyum sendiri kaya orang gila’’ ujar Ida.
Ohh… tadi gue inget
sama kejadian tadi pagi, pas gue nabrak orang’’
‘’apa?? Lo nabrak orang
terus lo enggak apa-apa kan?? Lo enggak luka kan??’’ ucap Ida sambil memeriksa
keadaanku.
‘’aduhh… Ida enggak
usah lebay gitu dech. Tadi pagi itu gue enggak sengaja nabrak seorang anak
laki-laki’’
‘’lo nabrak siapa
Nay??’’tanya Dina.
‘’hmmm.. siapa yah??
Gue gak tau namanya, yang jelas orangnya cakep banget.’’ucapku tersenyum.
‘’ciiiieee….’’ Sorak
sahabat-sahabatku.
‘’tuch… kan bener
dugaan gu elo itu lagi jatuh cinta’’ucap Dini meledekku.
Aku hanya terdiam
tersipu malu.
Keesokan harinya,
ketika jam istirahat aku pergi ke perpustakaan mencari bahan materi untuk
madding. Ketika aku sedang berjalan di koridor kelas XI IPS aku berjalan
secepat mungkin dengan perasaan malu karena banyak anak-anak IPS sedang
duduk-duduk didepan kelasnya.ketika aku melewati lapangan basket aku melihat
laki-laki tampan yang aku tabrak itu.
‘’Ya… Tuhan itukan
cowok yang kemarin gue tabrak kemarin’’ucapku pelan.
Aku merasa bahagia
karena aku bisa menatap wajahnya kembali.
Setelah aku mencari
bahan materi di perpustakaan, kemudian aku meminjam beberapa buku sejarah yang
aku pakai untuk menyusun madding ternyata buku yang aku pinjam itu lumayan
berat sehingga, aku harus membawanya
dengan susah payah. Saat aku akan kembali menuju kelas akupun melewati koridor
yang sama, sesekali aku melirik kelapangan untuk melihat laki-laki tampan itu.
Tak disangka ketika aku
meliriknya dia sedang menatapku juga, aku pun tertunduk malu sambil berjalan
secepat mungkin sampai-sampai aku tersandung dan terjatuh. Laki-laki itu
menghampiriku dan kemudian menolongku,dan dia membantu membereskan buku yang
berserakan dilantai dan kemudian membawakan sebagian buku sampai ke kelasku.
Pada saat itu aku
berkenalan dengannya ternyata laki-laki tampan itu bernama Gilang. Dia duduk di
kelas dua lebih tepatnya kelas XI IPS 4 dan Gilang adalah seorang pemain basket
yang tergabung dalam tim basket sekolahku. Sejak perkenalan itu aku sering
bertemu dengan Gilang, dia sering membantuku membuat mading sekolah. Aku juga
sering menontonnya bertanding dan menemaninya latihan. Semakin hari aku dan
Gilang menjadi semakin akrab.
Sore itu, sepulang
sekolah aku langsung berlari menuju taman dekat lapangan basket, Gilang sudah
menungguku disana karena sebelumnya dia sudah menyampaikan pesan yang di
titipkan kepada Ida temanku yang bertuliskan ‘’sepulung sekolah Gilang tunggu
Nayla di taman yah….. !!! ada yang mau Gilang omongin sama Nayla’’ dalam
pertemuan itu tak banyak percakapan yang terjadi Gilang hanya memberiku sebuah
gantungan kunci yang bertuliskan huruf ‘’GLN’’ kemudian Gilang langsung
mengantarku pulang karena sore ini langit diselimuti awan geulap. Sesampainya
di rumah aku tak henti-hentinya memikirkan Gilang. Aku yakin dalam pertemuan
tadi Gilang ingin mengatakan sesuatu padaku, entah apa yang akan ia katakan.
Aku merasa cemas karena pertemuan kali ini sangat berbeda, apakah ini pertemuan
terakhirku dengan Gilang???
Keesokan harinya aku
bertekad untuk menemui Gilang, aku ingin memastikan kalau Gilang baik-baik
saja. Ketika aku berjalan menyusuru koridor kelas dua bahasa aku melihat Gilang
bergandengan tangan dengan seorang gadis cuantik, dia berseragam putih abu-abu
sama seperti diriku, rambutnya lurus tergerai indah sekali. entah siapa gadis
itu ??aku langsung berlari menuju ruang kelas kosong ku berusaha memandangi
seluruh pemandangan kota lewat jendela, berulang kali ku menarik nafas
menormalkan udara yang masuk kejalur nafasku ini. Aku berusaha mati-matian
mempertahankan agar tak ada air mata yang jatuh tapi aku menyerah, ku biar kan
beberapa bulir air mata menggenangi pipiku. Aku
bertanya-tanya dalam hati………
‘’apa aku bodoh???
Menyimpan rasa untukmu,
Merasa terluka karena
mu,
Merasa senang dan
bahagia bila didekat mu,
Mengapa melihat mu
dengan dia begitu akrab membuat dadaku menjadi sesak???’’
Karena kejadian itu, aku bertekad tak pernah menemui
Gilang sampai-sampai aku berfikir tak akan pernah mengenalnya kembali. Aku
selalu menghindar jikalau Gilang mencariku, aku tak pernah membalas pesannya
dan tak pernah pula mengangkat telvon darinya. Sampai pada suatu hari, Gilang
datang ke rumah untuk menemuiku. Aku tetap pada pendirianku aku tak akan
menemuinya. Dan sebelum bi Inah pembantuku di rumah membukakan pintu untuknya
aku berpesan’’bi kalau Gilang nyariin aku bilang saja kalau aku lagi enggak ada
di rumah.’’bi Inah pun menemui Gilang dan memberi tahunya bahwa aku sedang
pergi.
Sudah beberapa hari
ini, aku tak pernah melihat Gilang di sekolah. Entah mengapa saat ini aku
tiba-tiba merindukannya, aku ingin bertemu walau hanya melihatnya dari jauh.
Tak berfikir jauh aku langsung bergegas menuju kelasnya tapi Gilang tak ada,
aku pun mencarinya kelapangan basket, disana pun Gilang tak ada. Aku pikir hari
ini Gilang tidak masuk sekolah tapi keesokan harinya aku mendengar kabar bahwa
Gilang pindah sekolah keluar kota.
Malam itu, mataku tak
henti-hentinya mengeluarkan air mata. Aku menyesal, karena ulahku sendiri
Gilang tak memberi tahuku kalau dia akan pindah. Kemudian aku langsung
mengambil buku file untuk melihat foto aku dan Gilang yang aku simpan disana.
Saat aku membuka filenya, disana terselip selembar kertas yang
bertuliskan’’entah apa yang terjadi pada dirimu Nayla?? Aku merasa kamu
berbeda, seolah kamu menjauhiku. Maaf Gilang engga pernah kasih tahu soal
perasaan Gilang sama Nay
la toh akhirnya Gilang
bakal pergi ninggalin Nayla……from Gilang’’
Saat itu perasaanku
mulai merasa tenang karena aku telah mengetahui bahwa Gilang juga menyayangiku,
walaupun aku belum bisa merelakan dia pergi.
‘’TAMAT’’
DEARY CINTA
Mentari telah muncul diufuk timur, ayampun telah
berkokok. pagi-pagi sekali aku sudah bangun. berbeda sekali dengan hari-hari
sebelumnya, yang terbiasa dibangunkan oleh ibu karena hari ini aku telah
berganti seragam putih – merah menjadi seragam putih – biru. aku mulai
menyiapkan buku-buku dan peralatan sekolah kemudian aku langsung mandi dan
bersiap-siap memakai seragam. aku pun berangkat sekolah dengan wajah yang
berseri - seri.
Akhirnya aku sampai juga di halaman sekolah
baruku,
”Nessa...Nessa” panggil sahabat-sahabatku dengan
suara serempak
” kayaknya ada yang memanggil diriku” bisikku
dalam hati”.
kemudian aku pun menengok ke belakang dan
ternyata sahabat – sahabat lamaku berlari menghampiri diriku lalu akupun ikut
berlari dan kami pun saling berpelukan.
Aku mempunyai tiga sahabat. yang bernama Icha, Nia, dan Tika. kami sudah
bersahabat sejak SD. Masa Orientasi Siswa (MOS) telah kami lewati bersama. dan
kami juga satu kelas. tetapi sekolah kami mengkhususkan kelasnya menjadi dua,
yaitu kelas orang-orang putih dan kelas orang-orang hitam manis. aku dan
sahabat-sahabatku masuk kekelas orang yang berwajah hitam manis. selain SMP
sekolahku juga ada SMA nya. Sehingga aku dan sahabat - sahabatku dapat melihat
siswa-siswa SMA yang tampan-tampan, dan juga jago olahraga. tetapi hanya ada
satu orang yang ada dihatiku. namanya Lendra, Lendra adalah siswa kelas X yang
tampan, pintar, suka olahraga, dan banyak wanita yang menyukainya.
Aku masuk kelas bersama dengan sahabat-sahabatku.
hari ini aku belajar Bahasa Inggris. ”kenapa setiap pelajaran Bahasa Inggris
kalian terlihat muram”ucap bu Lina
”semua murid hanya terdiam”
kemudian bu Lina membagikan kertas ulangan harian
kepada kami, saat bu Lina membagikan ulangan kepadaku, aku tersenyum mendapat
nilai seratus,
”jangan senyum-senyum Ness, kamu memang pintar
dalam pelajaran Bahasa Inggris tetapi dalam pelajaran lain So Bad” ucap Bu Lina
yang merangkap sebagai wali kelasku. pelajaran pun dimulai, saat bu Lina
menerangkan, kemudian aku mengangkat tanganku
”bu aku mau ke toilet”.
aku pun keluar dari kelas, aku memilih toilet
yang dekat dengan kelas kak Lendra, aku juga melihat dia sedang menjahili
temannya dengan mengikat celana temannya itu ke kursi dengan seutas tali. ketika
aku kembali kak Lendra sedang berdiri didepan kelas sambil mengangkat kaki dan
tangannya direntangkan. aku menahan tawa karena melihatnya. hari – hariku
selalu diselimuti oleh bayang-bayang kak Lendra.
Sekarang aku sudah kelas 2, bel istirahat
berbunyi aku dan teman-temanku mengantri untuk membeli minuman, kemudian dua
kakak kelas seenaknya mengacaukan antrian kami dan mendorong kami hinggga jatuh,
kakak kelas itu bernama Ade dan Gani.
”apa yang kau lakukan?’’ucapku sambil memegang
kaca mataku yang hampir jatuh.
” maaf, aku lelah dan haus. Ada masalah? ” ucap Ade
dengan nada membentak”.
”lo... gak tahu kita ? kita itu penguasa disekolah
ini, dan gue paling populer di sekolah ini. kau sudah dengarkan, tolong biarkan
kami untuk mendahului kalian” ucap Gani dengan nada keras.
ketika kami sedang beradu argument dengan kakak
kelas, tiba-tiba saja kak Lendra menghampiri penjual, dan ia berkata
”Mba, 4 (empat) teh botol untuk pemain sepak
bola”
kemudian ia menghampiriku dan memberikan teh
botol itu kepada diriku. aku terbengong-bengong ketika dia menghampiriku.
”ya, makasih kak” ucapku.
kakak
kelas yang melihat kejadian itu terlihat kesal.
Sepulang sekolah, kak Lendra sedang berada di
aula, tiba-tiba saja dari belakang menarik baju kak lendra dan memukulnya.
Aku pulang sekolah bersama sahabat-sahabatku
mengendarai sepeda motor.
”Ness...Ness.. kak Lendra berkelahi di aula’’
celetuk Nia.
”stop-stop’’ucapku.
kami pun kembali ke sekolah, tapi ketika kami
sudah sampai ke aula, sudah tidak ada siapa-siapa disana, aku hanya menemukan
sebuah kancing baju yang berlumuran darah. sesampainya dirumah aku menaruh teh
botol itu kedalam kulkas dengan diberi tulisan jangan di minum.
”kalau tidak di minum kenapa di taruh disini”
ucap ibu Nessa dengan wajah yang keheran-heranan saat melihat tulisan itu.
saat aku duduk di meja belajar, aku memberi
gambar senyuman di kancing baju yang tadi aku temukan di aula, kemudian aku
menyimpannya disebuah kotak, dan aku pun beranjak tidur.
Saat aku sarapan pagi bersama adikku, kemudian muncullah
ibu dengan membawa surat dari ayah, dan membacakan kepada kita. didalam surat
itu berisi bahwa siapa yang mendapat juara satu akan ayah sekolahkan di Paris.
kami yang mendengarnya bahagia. ”harga tiket kesana kan mahal, apakah benar
akan disekolahkan disana” celetuk Nita. ”Ayah
pasti tahu kalau itu akan sulit untuk kalian”ucap Ibu.
kemudian aku pun berkata dengan disaksikan oleh Ibu
dan Nita
”baiklah, aku akan menjadi juara satu, tunggu
saja ayah”
”dari juara 30? ”celetuk Nita”.
setelah sarapan aku berpamitan untuk pergi ke
sekolah. sesampainya di sekolah kami mulai berbaris untuk melaksanakan upacara.
kemudian ibu Lina menyampaikan pesannya
”hari ini aku umumkan dua hal, yang pertama
sekolah kita sangat kotor karena siswa buang sampah sembarangan maka mulai
sekarang akan dikenakan denda 1 sampah Rp 1000. apa terlalu mahal? aku berikan
harga promosi, hari ini buang sembarangan denda semuanya Rp 50000, buang saja sembarangan biar aku bersihkan. dan
yang kedua siswa yang saya panggil pergilah keruang BP segera. Gani kelas X2
dan Lendra kelas X1. everybody understand?”
”yes” ucap semua murid.
setelah upacara selesai aku pun pergi ke ruang BP
untuk menemui kak Lendra walaupun hanya dibalik pintu. setelah keluar dari
ruang BP aku meminta maaf padanya.
”kak, soal kejadian kemarin, maafkan aku” ucapku.
”tidak apa, jangan merasa bersalah”ucap kak Lendra.
aku membawa plaster luka lalu menyerahkannya pada
kak Lendra dan berkata
”cepat sembuh ya, kak”
dan aku pun meninggalkannya tapi tiba-tiba kak Lendra
memanggilku lalu aku pun membalik wajahku.
”Nessa...terima kasih”.
aku hanya mengangguk. kemudian aku pulang
sekolah, dan sesampainya di rumah aku bergegas ke kamar dan mengingat kejadian
tadi siang sambil berjingkat-jingkat di tempat tidur dan berkata :
”yes..yes.. kak Lendra tahu namaku”
Pulang sekolah, aku dan sahabat-sahabatku pergi
ke toko buku, dan sahabatku yang bernama Icha menemukan sebuah buku yang berjudul 10 metode agar
senior jadi pacarmu. ketika Nia sedang melihat buku itu tiba-tiba muncullah
geng pita ungu, lalu Tika pun menyusul mereka dengan menggunakan pita ungu dan
berkata kepada kami
”aku segera kembali”
”lihat dia, mengapa dia ikut geng seperti itu?
”ucap Icha.
Nia hanya menggeleng sedangkan aku sedang asyik
membaca buku yang berjudul Menjadi Juara Satu.
”kau bersungguh-sungguh”ucap Icha sambil melihat
judul buku yang ku baca.
”ya, aku rindu pada ayah, sudah 5 tahun aku tidak
bertemu dengan ayah” ucapku.
lalu aku mendengar seseorang bercerita kepada
temannya bahwa ia baru saja pacaran sama kakak kelas berkat buku yang berjudul
10 metode agar senior menjadi pacarmu. kemudian muncullah Tika, lalu aku
berkata
”kau tidak ikut mereka?”.
”tidak, aku ikut mereka tapi dimarahin mulu,
karena merusak pemandangan” jawabnya. pada malam hari kami belajar bersama di
rumahku, sahabat-sahabatku membaca buku yang mereka beli tadi di toko buku.
buku itu berjudul ”10 Metode Agar Senior Menjadi Pacarmu”, lalu mempraktekannya
sedangkan aku hanya diam saja mendengar pembicaraan mereka dan berpura-pura
serius membaca buku.
”Ness...kamu
gak mau ikut ” ucap Icha
”gak ah... aku gak percaya dengan hal yang kayak
gituan” ucapku.
setelah sahabat-sahabatku pulang, aku langsung mempraktekkan
buku itu yang aku dengar dari sahabat-sahabatku walaupun mereka tidak tahu
tetapi kemudian mereka mengetahuinya dan mereka pun membantuku. langkah
selanjutnya dalam buku itu yaitu memberikan sesuatu kepada orang yang disukai
secara diam-diam, aku memberikan sebungkus coklat dan ketika kak Lendra
melihatnya dan mengangkatnya ternyata coklatnya meleleh
”kita lupa satu hal, bahwa sekarang cuacanya
sangat panas” ucap Icha yang merasa lesu ketika melihatnya.
Dan setiap hari aku melakukan metode yang ada di
buku itu tapi selalu gagal karena ada seorang cewek yang suka sama kak Lendra
yang mendahuluinya. metode selanjutnya aku merubah penampilanku supaya aku
nampak putih dan cantik. dan sahabat-sahabatku selalu membantuku hingga aku pun
berubah menjadi cantik.
Disekolah ada pentas seni, aku dan sahabatku
mengantri untuk ikut ngedance tetapi kami tidak diterima karena wajah kami
tidak memenuhi standard yang diinginkan. tetapi aku dan sahabatku diterima di
pentas drama yang penontonnya tidak ada, kami terpaksa mengikutinya karena
disitu ada kak Lendra yang menjadi fotografi. aku menjadi putri salju dalam
drama itu dan setelah di make up semua pada melihat diriku termasuk kak Lendra,
dan kak Lendra pun berkata
”biasa saja, putri salju yang memakai behel”.
aku yang
mendengarnya terkejut, kemudian aku pun melepaskan behel gigiku setelah pulang
sekolah.
keesokan harinya, saat aku berada di aula. aku
melihat kak Lendra saat aku hendak mengambil buku dan tasku, ketika aku melihat
disitu ada buku 10 Metode Agar Senior Menjadi Pacarmu aku bergegas mengambil
buku itu dan aku juga menemukan nomor telephone kak Lendra dan mengambilnya,
kak Lendra yang melihat aku hanya tersenyum saja. Acara pensi pun tiba, tetapi
pentas drama tidak ada yang menonton, walaupun ada dua orang tapi akhirnya
mereka pun pergi.
Setelah pulang sekolah, aku langsung menuju kamar
dan menelepon kak Lendra dan kak Lendra pun mengangkatnya
”Hallo.... bisa bicara dengan kak Lendra” ucapku
”ya, ini Lendra. ini siapa yah...?” jawabnya.
setelah aku tahu yang mengangkatnya adalah kak Lendra
aku pun langsung keluar rumah tanpa mematikan HP dan berteriak.
”yes...yes.. aku bisa dengar suara kak Lendra”
setelah kembali ke kamar, ternyata kak Lendra
sudah menutup teleponnya.
Sahabat kak Lendra baru pulang dari Bandung yang
bernama kak Adi, dia pindah kesekolahanku. dan ternyata dia menyukai diriku dan
menyatakan perasaannya padaku ”maukah kau menjadi pacarku......lalu apa
jawabannya”.
aku yang
mendengar itu diam saja karena terkejut.
”jika tidak dijawab aku anggap ya” ucapnya.
hari demi hari kami pun jalan bersama, aku
terpaksa jalan bersama kak Adi karena disitu ada kak Lendra, dan aku pun
kehilangan sahabatku karena aku selalu bersama dengan kak Adi dan tidak
memperdulikan mereka. hingga akhirnya aku memutuskan kak Adi walaupun kak Adi
tidak menerimanya. aku pun mulai mendekati sahabatku tetapi mereka menghindar.
aku sekarang sudah kelas 3 jadi aku mulai bersiap-siap mengikuti ujian supaya
aku bisa mendapat juara 1 walaupun hatiku hancur karena tidak ada sahabatku
disampingku. akhirnya setelah selesai ujian aku mendekati sahabatku lagi, lalu
aku menangis sambil menyanyikan lagu Sahabat Sejati yang di populerkan oleh
Sheila on 7 dan akhirnya merekapun luluh dan menyanyikan lagu itu bersama-sama.
Setelah mengetahui hasil kelulusan dan mengetahui
bahwa aku mendapat juara 1. kemudian aku dan sahabatku saling coret-coretan di
baju begitupun dengan kak Lendra. Keesokan harinya aku mencoba metode yang ke
10 yaitu mengungkapkan perasaanku kepada kak Lendra.
”kak Lendra, aku ingin bilang sesuatu, aku sudah
menyukai kak Lendra selama 3 tahun. aku merubah diriku menjadi begini karena
dirimu”
lalu aku melihat di baju kak Lendra tertulis kak
Lendra love Ina. lalu aku berkata
”kak Lendra dan kak Ina”
kak Lendra hanya mengangguk
”Sejak kapan” ucapku
”seminggu yang lalu” jawabnya
aku yang
mendengarnya hanya menahan tangis dan mengucapkan selamat walaupun terpaksa,
dan aku pun pergi meninggalkan kak Lendra dengan deraian air mata. sahabat yang
melihatku ikut menangis.
Sesampainya dirumah aku merenung didalam kamar
dengan mempersiapkan baju-baju yang akan ku bawa ke Paris dengan air mata yang
masih meleleh teringat kejadian tadi pagi. ketika aku keluar untuk menenangkan
diri, aku menemukan buku deary dan ternyata buku deary itu milik kak Lendra,
aku membaca isinya dan aku pun mengetahui kalau kak Lendra juga menyukaiku
sejak aku kelas 1, ia terpaksa menyimpan perasaannya padaku karena dia sudah
berjanji kepada kak Adi, bahwa diantara mereka berdua tidak boleh menyukai
wanita yang sama, dan aku juga mengetahui bahwa pacaran dengan kak Ina hanya
pura-pura. setelah aku membaca deary itu dengan air mata yang meleleh aku bergegas
menghampiri rumah kak Lendra dan ternyata kak Lendra sudah berangkat untuk
meneruskan kuliah di Kanada. aku menangis dengan tersedu-sedu tapi aku juga
bahagia karena aku mengetahui bahwa kak Lendra juga menyukaiku.
"SELESAI"
good
BalasHapus